Adinda sebut itu warisan, Saya sebut itu Fitrah!
*Sebuah tanggapan status viral seorang pelajar SMA yang menyatakan agama adalah warisan.
MasyaAllah, Adinda dikaruniai kecerdasan oleh Alloh SWT, salah satunya yang disebut oleh Howard Gardner sebagai kecerdasan Linguistik. Diusia yang masih belia, Adinda mampu memproduksi tulisan yang tidak hanya sekali mendapat atensi yang begitu besar dari masyarakat. Bahkan, akhir-akhir ini menjadi sangat viral dengan key note "warisan". Saya dengar kabar tidak dapat diaksesnya Facebook Adinda beberapa saat, dan entah darimana berhembus juga kabar Adinda mendapat ancaman juga. Semoga Adinda selalu dalam lindungan Alloh dan dalam naungan hidayah-Nya setiap saat.
Adindaku, Saudari seakidah. Saya sebut seakidah karena saya membaca tulisan Adinda mendapat "warisan" Islam dari orangtua. Setelah membaca tulisan Adinda, saya coba memahami kegelisahan Adinda melihat apa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Paling tidak, saya memahami ajakan adinda untuk tidak merasa paling benar sendiri, tidak mengunggulkan yang Adinda sebut sebagai "warisan-warisan" yaitu agama, ras, suku, kebangsaan. Adinda tidak ingin Indonesia tercerai berai, dan saya setuju sekali. Semua menginginkan Indonesia damai, tenteram, makmur dan keadilan terjaga.
Kegundahan Adinda melihat banyak yang meributkan "warisan" di media sosial juga menjadi kegundahan banyak orang. Tetapi coba Adinda memalingkan pandangan sejenak dari gadget dan melihat sekeliling lebih dalam lagi. yang ke Masjid tetap ke Masjid, begitu pula yang ke Gereja, Pura, atau Wihara. Yang di pasar, tetap beraktifitas seperti biasa, banyak yang beda lho mereka. Yang bertetangga, juga tetap takziyah/melayat jika ada yang meninggal tanpa melihat agama apa, suku apa, tanpa embel-embel. Akan tetapi yang muncul di media sosial, seolah-olah Indonesia ini pecah, semua saling bermusuhan, kata-kata kasar, provokasi-provokasi, intrik-intrik bahkan menjurus ke fitnah.
Hal kecil dihiperbolakan. Banyak yang tergoda memulai dan meladeni pertengkaran dengan kata-kata yang mungkin jika berhadapan langsung tidak mampu terucap. Atau memang ada yang menggunakan media sosial ini sebagai pintu pemecah masyarakat kita? Saya yakin Adinda dengan kecerdasan karunia Alloh akan mampu melakukan research tentang ini, apalagi sekarang Adinda mendapat kesempatan menjadi putri semacam selebriti di dunia tersebut, InsyaAlloh.
Pandangan Adinda tentang "warisan" ini memang diluar kebiasaan alias extraordinary, terutama "warisan" agama/ keyakinan. Akan tetapi Adindaku yang kusayangi, ada sebuah video yang menarik, mungkin Adinda sudah pernah melihat, yang saya tautkan ini.
Untuk menyaksikan video klik disini
Ya, a cute little girl, disampaikan oleh ayahnya pertama kali dengar adzan. Jika gadis kecil "sebesar" itu baru pertama kali dengar adzan maka saya asumsikan lahir dalam lingkungan non-muslim. Diantara hingar bingar mall, perhatiannya tertuju sepenuhnya pada kalimah-kalimah untuk mengagungkan Alloh. Ada banyak video serupa di YouTube beberapa berupa social experiment, jika Adinda sempat diantara jadwal wawancara disana-sini, mari kita amati bersama. Ada yang belum pernah sampai dakwah Islam kepadanya mungkin atheis atau non muslim lain, ketika diperdengarkan bacaan Al Quran pertama kali, mereka menyatakan merasa damai, tak jarang yang sampai menangis. Adindaku, itulah FITRAH manusia!
Manusia diciptakan dengan Fitrah bertuhan. Sehingga disadari atau tidak, dipelajari atau tidak, naluri berketuhanannya akan bangkit. Video-video experiment itu dapat digunakan sebagai pertimbangan akal fikiran yang sehat dan obyektif sebagai dalil aqli. Jika Adinda belum yakin dengan dalil aqli ini, karena memang nilai kebenarannya bisa saja relatif karena keterbatasan akal manusia, maka ada dalil naqli yang bersumber pada Al Quran dan Hadist, yang nilai kebenarannya 100% (wajib kita yakini sebagai Umat Islam). Lalu, pertanyaannya, Tuhan yang manakah yang dimaksud dalam fitrah manusia?
Lupa atau belum pernah membaca, saya tidak berani men-judge, bahwasanya dalam Al Quran Surah Al A'rof ayat 172 Alloh berfirman
"dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa meraka (seraya berfirman) "Bukankan Aku Tuhanmu?" Mereka menjawab "Betul, Kami menjadi saksi".
Ada pula sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori
"setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi".
Dari ayat Al Quran dan Hadist di atas, Fitrah manusia yang bertuhan, ketuhanan ini dapat dipahami sebagai ketuhanan dalam Islam. Dikuatkan dengan Hadist yang menyatakan orangtualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi tanpa menunjukkan kata Islam terkandung maksud bahwa menjadi Islam adalah tuntutan fitrah. Dengan kata lain, semua anak dilahirkan sebagai muslim. Tidak ada manusia yang menolak adanya Alloh sebagai Tuhan yang hakiki. Hanya terkadang karena faktor-faktor luar, salah satunya orang tua, yang bisa membelokkan manusia kepada tuhan-tuhan yang lain.
Jadi Adindaku, saudari seakidah yang dimulyakan oleh Alloh, akankah "WARISAN" itu menjadi "FITRAH"?.
Adinda disayang, sehingga banyak yang mengkritisi Adinda, Bukankah sebagai saudara berhak mengingatkan, malah menjadi kewajiban.
Karena banyak faktor luar yang menyebabkan manusia melenceng dari fitrahnya, kesucian itu perlu dijaga setiap saat. Mutlak men-Tuhankan akal adalah salah satu faktor yang menurut KH Athian Ali dapat menyesatkan manusia dari fitrahnya. Lalu, fungsi agama atau “ad-diin” yang Allah turunkan kepada manusia tiada lain di antaranya untuk membimbing indra, akal dan nafsu manusia agar bisa kembali kepada fitrah iman dan Islamnya.
Semoga Alloh senantiasa memberikan Hidayah-Nya kepada kita, memudahkan usaha penjagaan diri sehingga kita tetap pada fitrah kita, aamiin.
Anni'mah
Sudarimu dalam Islam, saudarimu dalam belajar, saudarimu dalam menggapai Hidayah Alloh
Comments
Post a Comment